Keterbatasan Bukan Halangan


KETERBATASAN BUKAN HALANGAN

           Pada tanggal 11 oktober 2015 saya melakukan observasi di SLBN BOGOR yang terletak di belakang SMKN 1 CIBINONG. Pada saat perjalanan menuju SLB, saya sempat di terpa perasaan takut, karena ini adalah pengalaman pertama saya mengunjungi SLB. Saya melakukan kunjungan ke SLB tidak sendirian, saya bersama dengan 2 teman saya yaitu, ELISA dan ROSITA. Sesampainya di sana, kebetulan mereka sedang melakukan kegiatan outdoor berupa senam bersama. Pada saat saya melihat anak-anak yang mempunyai keterbatasan, ternyata itu bukan halangan untuk mereka melakukan kegiatan senam seperti anak-anak pada umumnya.
            Setelah kegiatan selesai, anak-anak pun kembali ke kelas nya masing-masing. Kebetulan saya dan teman-teman saya diberikan kesempatan untuk berkunjung ke kelas khusus Tuna Rungu. Tuna Rungu ada keterbatasan berupa ketidakmampuan untuk mendengar dan dampak nya anak yang mengidap Tuna Rungu tersebut tidak dapat berbicara pula. Keadaan di kelas tersebut sangatlah hening. Tidak seperti kelas yang lainnya, kelas ini sangat tenang sekali.
            Yang saya lihat disana hanya gerakan tangan yang dapat dipahami oleh anak-anak tersebut. Saya sempat ingin meneteskan air mata. Karna mungkin bagi anak-anak pada umumnya berbicara dan mendengar adalah suatu kemampuan yang mereka dapatkan sejak lahir. Tetapi, bagi anak-anak ini, untuk bermain dan berinteraksi dengan orang lain harus menggunakan bahasa isyarat. Mungkin bagi orang awam seperti saya yang termasuk tidak begitu paham tentang bahasa isyarat, bagi mereka yang mempunyai keterbatasan tersebut itu hal yang mereka lakukan setiap hari nya. Mungkin apabila anda membayangkan, anda tidak berbicara dan mendengar satu orangpun dalam sehari saja, mungkin anda sudah tidak betah.
            Saya sempat duduk di samping anak laki-laki yang sedang belajar nulis. Saya ingin mengatakan kalau tulisan mereka bagus, tapi saya diam beberapa saat dulu, lalu menyadari bahwa mereka tidak dapat mendengar suara saya. Karna saya tidak dapat menggunakan bahasa isyarat, akhirnya saya menanyakan pada guru yang ada di kelas. Akhirnya saya di beri tahu bagaimana memberi isyarat kalau ingin bilang tulisan mu bagus. Pada saat saya memberitahukan kepada anak itu, anak laki-laki itu tersenyum manis.
            Yang saya lihat di SLB itu, terutama di kelas khusus Penderita Tuna Rungu, anak-anak nya masih sekitar antara 5-7 tahun. Mungkin bagi mereka keterbatasan yang mereka punya bukan halangan buat mereka untuk bermain ataupun melakukan kegiatan sehari-hari seperti pada umumnya. Dan pada saat saya melihat ibu-ibu dari anak-anak penderita Tuna Rungu itu terlihat tegar sekali. Dan ibu-ibu itu setia menunggu anak-anak nya sampai selesai jam pelajaran. Saya sangat salut dengan pengorbanan para ibu, terutama untuk ibu-ibu yang mempunyai anak-anak yang memiliki keterbatasan. Ibu-ibu tersebut pasti mempunyai kesabaran yang sangat besar.
            Setelah kunjungan ke SLB itu, saya mendapatkan hikmah bahwa MANUSIA TIDAK ADA YANG SEMPURNA DAN SYUKURI APA YANG ANDA PUNYA DAN PERGUNAKANLAH SESUATU YANG ANDA PUNYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA KARNA MANUSIA MEMPUNYAI KELEBIHAN NYA TERSENDIRI. Dan satu pesan lagi untuk para pembaca, JANGAN MERASA RENDAH DIRI DI DEPAN ORANG-ORANG YANG LEBIH DARI ANDA TETAPI COBALAH MENJADI ORANG-ORANG YANG LEBIH BAIK DIBANDINGKAN ORANG-ORANG YANG LEBIH DARI ANDA.
Sekian tulisan dari saya, semoga tulisan saya ini dapat merubah anda kepada manusia yang selalu mempunyai motivasi tinggi untuk sukses. Karna sukses bukan dilihat dari keterbatasan yang dia punya, tetapi di lihat dari kualitas yang dia punya. TERIMA KASIH.

Komentar